Review Book : I want to die but I wan to eat tteokpokki by Baek Se Hee

 It’s time to feed your brain! Punya waktu luang buat ngelakuin hobi tuh surga dunia banget ngga si hehe, seneng deh rasanya setelah gajian ada tanggal merah yang terletak berdampingan, setelah batin dan fisik didorong-dorong buat semangat, akhirnya ada waktu lebih dari biasanya buat istirahat. 

Nah dipostingan kali ini, i wanna talking about a book! A book that have unique tittle. That is.... I WANT TO DIE BUT I WANT TO EAT TTEOKPOKKI!!!


Awal tau buku ini dari temen aku, 2 minggu yang lalu pas kita meet up, temen aku ngasih tau gitu kalo ada buku yang judulnya unik, dan aku penasaran dong sama isinya. Well setelah baca-baca reviewnya nya di berbagai platfrom, jadi gemes mau baca juga. And then i got it!

Buku ini masuk dalam genre self-improvement. Ditulis oleh Baek Se Hee penulis asal Korea. Well, buku ini originalnya ditulis dalam Hangeul dan diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia. Tebalnya 232 halaman. Masuk ke isinya, buku ini menceritakan kisah nyata dari penulisnya itu sendiri. Dimana Baek Se Hee ini menderita distimia. Apasi distimia itu? Di buku ini dijelasin bahwa distimia itu kata lain dari persistent depressive disorder yaitu bentuk kronis (jangka panjang) dari depresi. Sedangkan makna dari depresi itu sendiri adalah sebuah gangguan mood yang menyebabkan perasaan depresif dan kehilangan kesenangan secara persisten. Jadi gangguan depresi itu memengaruhi bagaimana kita merasa, berpikir dan bertindak yang dapat mengakibatkan berbagai masalah emosional dan fisik.
Sepanjang membaca buku ini, aku banyak banget disuguhkan sebuah percakapan antara penderita distimia atau penulis itu sendiri dengan psikiater, karena memang sebenarnya buku ini merupakan sebuah esai yang berisi tentang pertanyaan, penilaian, saran, nasihat dan evaluasi diri yang tujuannya agar kita sebagai pembaca bisa menerima dan mencintai diri sendiri. Dalam buku ini kalian pasti akan banyak bergumam 'wah ko ini aku banget' but aku mau kasih warning supaya kalian ngga ngelakuin self-diagnosed. Kalaupun ada hal yang relate banget sama kalian, kalian bisa konsultasikan sama ahlinya.

Personally, The experience when i read the book, it’s complicated. Karena banyak hal yang He See konsultasikan pada psikiaternya adalah hal-hal yang menurut aku wajar. But maybe, lain rasanya bagi orang yang terdiagnosa menderita distimia. Ada banyak perasaan yang terkesan suram yang dituang kan oleh penulis. Dan sebagai pembaca aku ngerasain kaya amat sangat membingungkan dan complicated banget perasaan dari orang yang mengalami depresi, juga membuatku menjadi lebih memperhatikan diri sendiri. Ada banyak hal entah itu ucapan atau tindakan yang kadang tanpa kita sadari membuat orang lain terganggu, tersinggung bahkan sampai orang tersebut-karena merasa terganggu- jadi berpikir bahwa ada hal aneh dalam dirinya. Buku ini juga mengajak kita buat awareness bahwa didunia ini ada begitu banyak orang yang perlu kita rangkul, perlu kita ajak berbicara, bercerita, dan sama-sama berusaha menjadi kuat dalam menghadapi segala masalah yang datang di kehidupan ini. Hal-hal kecil yang diceritakan oleh penulis membuka tabir penglihatanku juga kalo hal yang seringnya kita sepelekan ternyata punya dampak yang besar. Buku ini juga memberiku banyak nasihat dan saran untuk diri aku sendiri agar setidaknya layak untuk bersikap sebagai manusia dan merasakan kehidupan sebagaimana manusia pada umumnya. Diajarkan untuk mencintai diri sendiri, menyaring pikiran yang tak perlu kita pikirkan, memberikan cara bagaimana harusnya kita menilai, mengajak untuk bersyukur untuk setiap senyuman dan rasa senang yang kita rasakan, dan banyak hal lain yang aku dapat dari buku ini. 

Well, buku ini termasuk buku bagus menurut aku, tittle dari best-sellernya ngga hanya claim saja, tapi emang bener-bener best! Aku ngga bisa kasih banyak review tentang buku ini, yang jelas aku bener-bener menikmati ketika membacanya dan kalo kalian bertanya apakah buku ini termasuk buku yang harus kita baca ketika kita lelah atau ngga? aku saranin engga, karena menurut aku buku ini enaknya dibaca dalam waktu yang dikhusus kan, semisal hari minggu ini aja tanpa distraksi apapun untuk membacanya soalnya isinya banyak mengajak kita untuk berpikir.

Diakhir post ini aku akan kasih beberapa kutipan yang menurut aku bagus buat kalian, enjoy!

Aku pikir seni adalah sesuatu yang bisa kita menggerakkan hati manusia. Seni memberiku ras percaya. Rasa percaya bahwa meskipun hari ini bukanlah hari yang sempurna, hari ini bisa menjadi hari yang cukup dan baik-baik saja. Rasa percaya bahwa hidup adalah ketika meskipun aku merasa depresi seharian penuh, aku masih bisa tersenyum hanya gara-gara sebuah hal kecil sekalipun. [hal. 13]
 Hanya ada satu 'aku' di dunia. Dengan begitu aku adalah sesuatu yang amat spesial. Diriku adalah sesuatu yg harus aku jaga selamanya. Diriku adalah sesuatu yang harus kubantu dengan perlahan, kutuntun selangkah demi selangkah dengan penuh kasih sayang dan kehangatan. Diriku adalah sesuatu yang butuh istirahat sesaat sambil menarik nafas panjang atau terkadang butuh cambukan agar bisa bergerak ke depan. Aku percaya bahwa aku akan menjadi semakin bahagia jika aku semakin melihat ke dalam diriku sendiri. [hal. 111]
Aku pun teringat akan kata-kata bahwa cahaya dan kegelapan berada dalam satu tubuh. Hidup kita akan terus berjalan dan rasa bahagia dan sedih akan terus hadir berdampingan. Jika aku tidak menyerah, aku pun bisa terus melanjutkan hidup sambil tertawa maupun menangis.  [hal. 190]
Ketika yang tersisa dalam hidup hanyalah berusaha untuk bertahan hidup, ketika bagi orang tersebut yang tersisa hanyalah perjuangan untuk mempertahankan hidupnya sehingga tak bisa memperjuangkan keinginannya yang lain, ketika waktu berjalan begitu cepat sehingga semua hal dalam hidup terasa seperti berlalu begitu saja dan perlahan membusuk, aku rasa mengharapkan seseorang untuk tidak berubah dan tetap menjadi dirinya yang kita kenal adalah sesuatu yang egois. [hal. 217]

Comments

Popular Posts